Selasa, 03 April 2012

KOMITMEN BERORGANISASI


"Ask not what HMI can do for you, but try to ask what you can do for your organization (HMI)". Terjemahan dari pernyataan itu adalah "Jangan tanya apa yang dapat HMI lakukan untukmu, tetapi coba tanyakan apa yang kamu bisa lakukan untuk HMI-mu". Pernyataan itu merupakan hasil modifikasi yang sengaja saya buat, guna mempertanyakan kembali komitmen dalam diri kader HMI terhadap eksistensi organisasinya. Menyitir pernyataan dari Thomas Jeferson, yang seharusnya berbunyi : "Ask not what your country can do for you, but ask what what you can do for your country". Saya mencoba untuk menarik nilai filosofis dari pernyataan tersebut kedalam ruang lingkup organisasi kita. Kiranya sangat perlu untuk kita mengerti bahwa HMI adalah organisasi besar. Dia ibarat sosok perempuan yang terus tumbuh dan berkembang sejak masih gadis hingga menjadi perempuan molek seiring perjalanan sejarah kehidupannya.

Sebagai seorang perempuan nan cantik dan jelita, sangat mahfum jika ia selalu menjadi rebutan kumbang-kumbang jantan. Akan tetapi HMI kini mulai kehilangan kecantikannya, akibat penyakit kronis yang mengerogoti tubuh indahnya. Dan jangan salahkan para kumbang jika mereka tidak sudi lagi untuk mendekatinya. Ya, organisasi kita saat ini memang sedang sakit. Sebuah pengakuan yang berat mungkin, tetapi secara jujur itu harus kita akui. HMI sekarang mengalami krisis eksistensi yang dapat dikatakan "membahayakan". Banyak kader HMI yang mulai meninggalkan identitas diri mereka sebagai Kader HMI. Mereka mulai merasa tidak nyaman apabila harus menyandang status sebagai kader umat dan bangsa,yang menjadi trade mark HMI selama ini. Keadaan semacam ini seolah-olah menjadi fenomena tersendiri dalam lingkungan internal organisasi. Pertanyaan mulai muncul dibenak saya mengapa para kader dari sebuah organisasi besar yang telah banyak makan asam garam sejarah pergerakan bangsa mulai kehilangan identitas dirinya. Saya kira, saya bukanlah orang yang pertama dan satu-satunya jika harus bertanya semacam ini.


Karena saya yakin, jauh dibawah kesadaran kita,kita selalu bertanya tentang hal ini. Ada dua faktor utama yang menyebabkan Kader HMI kehilangan identitas dirinya yaitu hilangnya rasa bangga atas organisasi dan redupnya lentera komitmen dalam berorganisasi. Kehilangan kebanggaan atas sesuatu membuat kita merasa enggan untuk mempertahankan sesuatu tersebut. Begitu pula yang saat ini terjadi pada diri kader HMI.

Kebanggaan terhadap organisasi ini mulai luntur akibat tereduksi oleh pandangan absurd kita sendiri. Sering kali kita menganggap dan memperlakukan organisasi ini hanya sebatas alat instrumen untuk mencapai obsesi pribadi kita. Sehingga mana kala dianggap sudah tidak lagi menguntungkan kita, maka dengan santainya kita "buang" HMI dipojok kehidupan. Rasa bangga itu muncul hanya pada saat HMI dapat memberikan "keuntungan" bagi kepentingan kita. Kita tidak berusaha menjadikan kebanggaan itu sebagai motor penggerak untuk membuat HMI lebih baik inilah yang membuat HMI stagnan, kering, tanpa ruh dan pada akhirnya menjelma menjadi tempat berkumpulnya orang-orang tanpa "jiwa perjuangan". padahal dalam banyak hal, rasa bangga dapat memacu kita untuk memberikan pengabdian dan pengorbanan terbaik bagi sesuatu yang dibanggakan itu. Faktor lain yang tak kalah menakutkan kita, adalah hilangnya komitmen berorganisasi. Kader HMI telah kehilangan Ghiro untuk mengobarkan komitmen berorganisasinya. Padahal komitmen itu menjadi syarat bagi lahirnya loyalitas dan dedikasi kader terhadap HMI. Dengan komitmen kita bisa membangun kebersamaan dalam lingkungan keluarga besar HMI. Karena HMI bukanlah sebuah perusahaan, dimana hubungan antar elemen didalamnya hanya berdasar pada garis struktural belaka. HMI adalah sebuah institusi sosial, yang mendasarkan relasi antar anggotanya pada persamaan persepsi dan kepentingan. Hilangnya kebanggaan terhadap HMI dan redupnya lentera komitmen dalam berorganisasi diantara para kader disebabkan adanya pandangan Hedonis Materialisme. Artinya kader HMI sering kali tidak tahan untuk menjalani proses kehidupan yang berat dan berliku. Banyak Kader HMI yang ingin cepat mendapatkan hasil tanpa mau berjuang mencapai hasil tersebut. Mereka terjebak pada pola fikir serba cepat (instant) tanpa kesulitan. Padahal dalam berorganisasi kita diajak/dikondisikan agar mau memperjuangkan apa yang kita cita-citakan.Oleh karena itu peneguhan kembali komitmen berorganisasi harus kita lakukan demi terbangunnya soliditas, loyalitas dan dedikasi Kader. dan untuk memulai itu semua maka tidak ada kata lain selain "TOTALLY SELF EVALUATION".

0 komentar:

Posting Komentar