Sebagai organisasi yang berbasis mahasiswa, HMI tentunya mempunyai Identitas yang tidak mungkin jauh dari ciri khas mahasiswa itu sendiri. Dialektikanya mungkin sangat panjang untuk menguraikan dan atau mengidentifikasi “makhluk” yang dinamakan mahasiswa. Namun secara common sense,sepanjang yang kita ketahui dari literatur-literatur sejarah (historis) atau dibuku-buku identitas mahasiswa itu tidak jauh dari pertama komunitas intelektual muda yang lebih panjang mengalami proses pendidikan dibanding struktur masyarakat lain (lihat Arbi Sanit ; Mahasiswa, kekuasaan, dan Bangsa) Kedua Komunitas “borjuis” kritis progresif yang selalu berpihak pada “kaum tertindas” mustadha’afin (fakta historis gerakan mahasiswa 1966-1974-1989-1998-2001)paling tidak secara sederhana ciri atau identitas mahasiswa secara umum seperti tergambar diatas.
Berbicara identitas HMI hari ini mungkin jauh –apabila tidak mau dikatakan hilang – dari ciri khas atau identitas mahasiswa secara umum. HMI sebagai organisasi perjuangan (HMI berperan sebagai organisasi perjuangan Pasal 9 Anggaran Dasar H
MI)telah kehilangan ruhnya dan Sebagai organisasi HMI tidak lagi mampu mengidentifikasikan dirinya secara utuh karena banyaknya persoalan-persoalan internal dan eksternal yang dialaminya sehingga etos kejuangannyapun luntur seiring dengan berurat-akarnya konflik yang ada di HMI.
Etos atau semangat untuk melakukan sesuatu yang bersumber dari nilai-nilai ideologi yang diyakini HMI (Al-Qur’an & Hadits), sifat berjuang (kejuangan) yang merupakan kesungguhan ikhtiar untuk memperjuangkan sesuatu baik yang bersifat menuju keadaan lebih baik maupun mencegah dari keadaan lebih buruk, semakin hari semakin tidak tampak.
Dalam situasi seperti ini sudah saatnya melupakan persoalan-persoalan yang menghabiskan energi pejuangan HMI dan mulailah membangun sebuah semangat yang tidak kenal menyerah, semangat yang tidak mengenal rasa takut kecuali kepada-NYA dan berkeyakinan bahwa perubahan hanya hanya dapat terjadi apabila diupayakan dengan sungguh atau penuh dengan totalitas perjuangan.
Sebagai organisasi mahasiswa tidak ada jalan lain selain objektif dalam sikap kritis kita pada sebuah persoalan yang dibungkus dalam kerangka kemampuan akademik sehingga benar benar etos kejuangan kita adalah semangat perjuangan anak muda yang gelisah akan keadaan disekeliling, olehnya itu kita (HMI) harus perduli bukan hanya terhadap nasib kita sendiri melainkan harus perduli juga dengan nasib orang lain, masyarakat dan bangsa.
HMI pun harus menyadari bahwa cacat atau problem bawaan dari pembangunan berupa materialisme, pragmatisme, dan hedonisme sedikit banyak melunturkan warna kejuangan HMI, ketegasan sikap kerap dikaburkan dengan perhitungan untung rugi yang teramat rumit, kegigihan kerap kali diperlemah oleh keinginan untuk mencapai hasil dengan cara yang cepat, kesederhanaan sering dipatahkan untuk segera menikmati hasil perjuangan dan masih banyak lagi sifat-sifat yang bisa membuat terjadinya “pembusukan” institusi.
Melalui kesempatan ini mari kita sesama kader untuk tidak saling menyalahkan tetapi jelas kita mungkin tidak perlu melupakan sama sekali kesalahan atau kekeliruan yang ada dengan harapan tidak terulang kembali dan perlu menutup “permusuhan” dengan prinsip “illa ma qadsalafa” Semoga kita bisa membumikan kembali semangat perjuangan HMI sebagai komitmen “kader umat keder bangsa”
Dikutip dari ;
Hamzah Sidiq Djibran
Wassalam.
Yakin Usaha Sampai!!!
0 komentar:
Posting Komentar